PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNIANG TIPE GROUP INVESTIGASTION DALAM PEMBELAJARAN
IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
( Penelitian Tindakan Kelas Pada
Siswa Kelas IV SD Negeri Merdeka Suka Asih Kab. Jayakerta )
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP
INVESTIGASTION DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD
Negeri Merdeka Suka Asih Kab. Jayakerta )
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan
dapat menciptakan manusia yang
berpotensi kreatif dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memproleh
masa depan yang lebih baik.
Sebagai
mana pendidikan diatur dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN
) Nomor 20 tahun 2003 yang menetapkan bahwa pendidikan Nasional berpungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta pradaban bangsa yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa pada tuhan yang maha ESA, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
masalah sosial.
Melalui
pelajaran IPS,siswa diarahkan untuk menjadi warga Negara yang demokratis,
bertanggungjawab, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.
Untuk member motivasi-motivasi
tentang pentingnya sosial kepada siswa, untuk mengembangkan pengetahuan,
pehamanan, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat yang
dinamis, dan diharapkan bisa melahirkan regenerasi yang memiliki potensi handal
yang mampu member warna dan prubahan demi cita – cita bangsa. Dan jika kita
menelaah keberhasilan dalam proses belajar mengajar maka tidak akan terlepas
dari dua unsur pokok yaitu unsur guru dan unsur siswa guru dituntut mampu
membingbing anak kearah kedewasaan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam kehidupan sehari – hari anak –
anak ( Siswa ) seringkali menjumpai fenomena – fenomena yang berhubungan dengan
Ilmu Pengetahuan Sosial. Mereka bersosialisasi dengan lingkungan terdekatnya
dan tau bahwa orang tua berkomunikasi dengan orang lain. Hal inilah yang
meletat di ingatan mereka bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri. Mereka kemudian menyadari bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan manusia dapat dipelajari melalui ilmu pengetahuan sosial di sekolah.
Namun,
pada kenyataannya yang ada disekolah jauh dengan apa yang anak – anak harapkan.
saat belajar disekolah, siswa jarang sekali dberi gambaran bahwa ilmu sosial
adalah keilmuan yang sangat dekat dengan kehidupan mereka materi yang diberikan
selalu menitik beratkan kepada hafalan tanpa bekal keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi masalah di kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran juga
banyak kita temui permasyalahan – permasyalhan yang bisa mengancam turunnya
kualitas pendidikan dimegara kita. Sering kita dengar para siswa khususnya
siswa SD mengeluh jika dihadapkan pada mata pelajaran ips keluhan ini berakar
pada proses pembelajaran yang tidak menanamkan wawasan, keterampilan, dan
konsep yang nyata pada siswa yang menyebabkan ketuntasan belajar siswa belum
tercapai dengan baik.
Pembelajaran
secara klasikal proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila siswa dikelas
memproleh nilai 6,5 atau 6,5 keatas sebanyak 85% ( Depdiknas, 2009 ) rendahnya
hasil belajar IPS ini disebabkan oleh pembelajaran yang masih bersifat monoton
yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher center ) sehingga situasi
pembelajarnya berpusat pada pengajar, selain itu metode yang di pakai tidak
bervariasi bentuknya sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti
pelajaran dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dirasakan
kurang tepat.
Dengan demikian proses belajar
mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan
pengetahuan sikap, moral, dan keterampilan siswa, hal ini menyababkan siswa
kurang dilibatkan secara aktif dalam
belajar atau tergolong siswa yang pasif dan hanya sebagai pendengar. Dalam
propses belajar mengajar dikelas juga siswa tidak bersemangat dan siswa merasa
bosan karena tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga
menyebabkan siswa malu mengungkapkan pendapatnya.
Hasil belajar dipengaruhi oleh
berbagai factor dari dalam (Internal) maupun factor dari luar (Eksternal).
Menurut Suryabrata (1982 : 27) yang termasuk faktor internal adalah factor
fisiologis dan psikologis ( misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dalam
kemampuan kognitif ) sedang yang termasuk faktor eksternal adalah factor lingkungan
dan instrumental ( misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran ).
Bloom
( 1982 : 11 ) mengemukakan tiga factor utama yang mempengaruhi hasil belajar,
yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran.
Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembalajaran yang dilakukan dan
ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Pembelajaran yang masih bersifat
konvensional yang menjadi kendala dalam pembelajaran IPS di SD. Hal ini juga
disebabkan karena siswa bersifat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat,
kemampuan, kecerdasan, kreatif, motivasi, kecepatan belajar dan dalam hal
lainnya. dengan keadaan tersebut mengakibkatkan kemampuan siswa yang berbeda –
beda pula, mereka terdiri dari siswa yang pandai, sedang, dan kurang yang
akhirnya menjadi pemicu timbulnya
kesenjangan diantara mereka karena siswa – siswa yang pandai semakin meningkat
kemampuan sedangkan siswa yang sedang dan kurang tidak mengalami perubahan
dalam peningkatan belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut, jelaslah terlihat bahwa pembelajaran dikelas tidak sesuai dengan
tahapan perkembangan siswa sekolah Sekolah Dasar. Oleh karena itu, agar siswa
dapat memahami materi – meteri dan tercapainya pembelajaran IPS di SD. Maka
tidak cukup dengan metode ceramah, tetapi harus juga dikembangkan model
pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih mudah menemukan dan memenuhi
konsep – konsep yang sulit.
Untuk
itu perlu diupayakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar
menjadi lebih aktif dalam belajar salah satunya metode pembelajaran Cooperative Learniang tipe Group Investigastion.
Oleh karena permasalahan diatas,
maka untuk kebiasaan tersebut peneliti mengadakan PTK ( Penelitian Tindakan
Kelas ). PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan ntujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa miningkat. Dalam PTK
ini ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dua pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah menajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku belajar dan mengajar
tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.
Bahan pembelajaran dapat berupa
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan, hubungan antara guru, siswa dan
bahan kagar dapat dilaksanakan secara dinamis dan kompleks. Kegiatan antara
guru, siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran dapat diubah dan
dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan bahannya.
Untuk menyajikan pembelajaran IPS
yang dapat menarik minat dan meningkatkan pemahaman siswa, diperlukan
pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dengan metode pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation. Prosedur metode ini dapat
diterapkan dalam beberapa mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS.
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation.
Sharan tahun
1991 mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau
yang lebih popular dengan istilah group investigation yang semula dirancang
oleh horbert thelan. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk membina sikap tanggung
jawab adan bekerja sama dalam kelompok, dan membina sikap saling menghargai
pendapat anggota kelompok serta membiasakan untuk berani mengungkapkan
pendapat.
Basically,
group investigation involves the integration of four essential features :
investigation interaction interpretation and intrinsic motivation ( sharan
& sharan, 1992).
Cirri – cirri dari pembelajaran group investigation adalah adanya
kegiatan penyelidikan, interaksi hubungan timbal-balik), interpretasi, dan
motivasi diri. Pembelajaran dengan menggunakan model group investigation sangat
sesuai dengan filosofi dari jon dewey yang menyebutkan bahwa “ the students would have experienced
meaningful learning if they have been exposed to the stages of scientific
inquiry”. Dengan demikian melalui pembelajaran
ini dapat membantu siswa untuk “ learn
how to learn”.( Sharan & Sharn, 1992).
Berdasarkan
permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dan
merasa sangat perlu membahas mengenai penerapan
metode pembelajaran Cooperative Learniang
tipe Group Investigastion dalam
pembelajaran ips untuk meningkatkan hasil belajar siswa ( Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Merdeka Suka Asih Kab. Jayakerta ),
yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas yang dianggap
dirasakan kurang berhasil untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B.
RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam penelitian tindakan kelas
( PTK ) ini adalah masih rendahnya prestasi belajar siswa serta siswa masih
memiliki kesulitan dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya pada IPS
di kelas IV, Khususnya pada materi “ Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi”.
Sehubungan
dengan luasnya permasalahan yang terdapat dalam PTK ini, maka penulis merasa
perlu untuk membatasi ruang lingkup permasalahannya. Hal ini dimaksudkan agar
masalah yang akan di bahas atau diteliti menjadi lebih terarah dan dapat
terjangkau sesuai dengan kemampuan tertulis.
Adapun rumusan permasalahannya adalah sebagai
berikut :
1)
Bagaimankah
aktivitas dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran
Cooperative Learning tipe Group Investigation ?
2)
Bagaimakah hasil
belajar IPS siswa setelah melalui pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation ?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Adapun tujuan umum dari
penulisan PTK ini adalah untuk melatih dan mengembangkan keterampilan bagi para
pendidik dalam menyajikan model mode pembelajaran yang lebih efektif, relevan
serta menyenangkan bagi siswa. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini
adalah :
a.
Meningkatkan
hasil belajar siswa SDN Merdeka mengenai pentingnya Teknologi Produksi, Komunikasi,
dan Transportasi dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Group
Investigation.
b.
Untuk
meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
c.
Untuk
meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation
khususnya materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
Hasil dari pelaksanaan
penelitian tindakan ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berarti bagi
guru atau institusi yang berkat dalam dunia pendidikan, selain itu juga dapat
dijadikan sarana untuk lebih mengembangkan dan mengefektifkan pembelajaran
model inkuiri dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dimasa yang akan datang. Adapun secara
khusus penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.
Sekolah
§ Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran pada sekolah tempat penelitian ini
dilakukan,
§ Dapat menjadikan masukan positif bagi sekolah dalam
peningkatan kualitas perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar.
2.
Guru
§ Dapat menjadi salah satu alternative pemilihan model
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar selanjutnya agar siswa tidak
menjadi bosan dalam pembelajaran.
3.
Siswa
§ Dapat membiasakan diri belajar aktif dan bekerja
sama untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam IPS selain itu seorang siswa
akan memperoleh figure guru yang mereka inginkan karena dalam pelaksanaan PTK
telah mampu menciptakan pembelajaran yang enjoyable dan penuh perhatian serta
kasih saying.
4.
Peneliti
§ Dapat menambah wawasan tentang pembelajaran IPS
terutama tentang penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation.
E.
DEFINISI OPRASIONAL
Untuk memproleh kesamaan pandangan dan untuk
menghindari perbedaan dalam penelitian ini, penulis kemukakan beberapa istilah
sebagai berikut :
1.
Penerapan
Penerapan sebagai segala tindakan yang dilakukan
baik oleh individu, kerabat atau kelompok, pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan yang digariskan dalam keputusan kebijakan.
2.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial )
Mata pelajaran yang memilih bahan pendidikan dari
disiplin-disiplin ilmu dan humaniora yang diorganisir dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
3.
Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group
Investigation.
Pembelajaran
ini dimagsudkan untuk membina sikap tanggung jawab dan bekerjasama dalam
kelompok, dan membina sikap saling menghargai pendapat angota kelompok serta
membiasakan untuk berani mengungkapkan pendapat.
F.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hakikat, Tujuan,
dan Karakteristik IPS
1.
Hakikat pendidikan
IPS
Pendidikan
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada semua jenjang
pendidikan. Pengetahuan sosial ( PS ) merupakan salah satu dari 10 mata
pelajarn yang diberikan di SD. Pendidikan IPS adalah menyederhanakan atau
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/pisikologis untuk tujuan pendidikan. ( soemantri, 2001:92 ). PIPS
untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya disiplin dengan ilmu-ilmu sosial
dan terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan yang dikemas secara
ilmiah dan pedagosis untuk kepentingan pembelajaran disekolah. Untuk IPS
disekolah pada dasarnya untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga
Negara yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang dapat
digunakan kemampuan untuk memecahkan masalah sosial serta kemampuan mengambil
keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar
menjadi warga Negara yang baik. ( sapriya, 2008:10 ) selain itu ilmu
pengetahuan sosial ( IPS ) pada jenjang pendidikan dasar mempokuskan kajiannya
kepada hubungan antar manusia dan proses membantu dalam pengembangan kemampuan
dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan
melalui kajian ini untuk mencapai keserasian dan keserarasan dalam kehidupan
masyarakat.
2.
Tujuan Pendidikan IPS
Menurut noman sumatri bahwa tujuan pendidikan IPS
pada tingkat sekolah adalah:
1.
Menekankan
tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, biologi, Negara, agama.
2.
Menekankan pada
isi dan metode berfikir ilmuan
3.
Menekankan
reflective inquiri PIPS menurut NCCS mempenyai tujuan impormasi dan pengetahuan
( knowledge and imformation ), nilai tingkah laku ( attitude and values ), dan
tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan
keterampian intelektual ( Jarolimelc, 1986:5-8 ). Berdasarkan pengertian dan
tujuan pendidikan IPS tersebut, maka kurikulum pendidikan IPS harus memuat
bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional. Di dalam hendaknya berisikan bahan yangmemungkinkan siswa untuk
berfikir kritis. Dengan demikian, bahwa kurikulum pendidikan IPS harus
memperhatikan pengembangan akal siswa. Pendidikan IPS harus membuat setruktur
keilmuan yang kuat, menyesuaikan tingkat keberadaan siswa .
3.Karakteristik
pendidikan IPS
Salah satu
karakteristik dari pendidikan IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu
berubah-ubah sesuai tingkat perkembangan masyarakat. Adapun menurut A. Kosasih
Djahiri ( 1979:4 ) karaktristrik dari PIPS sebagai berikut :
a.
IPS berusaha
mempertautkan teori dengan fakta atau sebaliknya.
b.
Penelaahan dan
pembahasaan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan
bersifat komperhensif ( meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga
berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu ).
c.
Mengutamakan
peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar siswa mampu mengembangkan
berfikir kritis, rasional dan analisis.
d.
Program
pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan – bahan dari berbagai disiplin
ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata dimasyarakat, pengalaman,
permasyalahan kebutuhan dan memproyekkannya kepada kehidupan di masa depan baik
dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
e.
IPS dihadapkan
secara konsep dan kehidupan sosial yang labil (mudah berubah), sehingga titik
berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisi secara mantap dan pada
diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan
kehidupan nyata pada masyarakatnya.
f.
IPS mengutamakan
Hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yangb bersifat manusiawi.
g.
Pembelajaran
tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.
h.
Berusaha untuk
memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajannya dalam
arti memperhatikan minat siswa dan masalah – masalah kemasyarakatan yang dekat
dengan kehidupannya.
B.
Metode
pembelajarn cooperative learning tipe group investigation
Cohen
mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
Cooperative
learning will be defined as student working together in a group small enough
that everyone participate on a collective task that has been clearly assingn.
Moreover, students are expected to carry out their task without direct and
immediate supervision of the teacher
Definisi tersebut
memiliki pengertian luas, yang meliputi belajar kooperatif (cooperative
learning), dan kerja kelompok (group work), juga menunjukkan ciri
sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yag harus
dikerjakan berdama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada
siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan
materi atau tugas
Menurut Slavin
(1995:5) “dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling
menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar
secara individu maupun kelompok
Sementara itu
menurut Artz dan Newman (1990:448), belajar kooperatif adalah suatu pendekatan
yang mencakup kelompok dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk
memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan
bersama
Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan
pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus
masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota
kelompok-kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik.
Model
pembelajaran Group Investigation (Penyelidikan Kelompok) ini berasal dari
tulisan-tulisan filsafat, etika, dan psikologi sejak tahun-tahun pertama abad
ini. Orang pertama yang merintis menggunakan metode ini adalah John Dewey.
Dewey memandang bahwa kerjasama dalam kelas sebagai prasyarat untuk mengatasi
berbagai persoalan kehidupan yang kompleks dalam demokrasi. Kelas merupakan
bentuk kerjasama dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran dengan
perencanaan yang baik. Pembelajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek
kehidupan sekolah, dengan membuat keputusan-keputusan yang menentukan tujuan
kemana mereka belajar. Perencanaan kelompok merupakan salah satu modal untuk
menjamin keterlibatan siswa secara maksimal.
Model investigasi
kelompok berasal dari premis bahwa dalam bidang social maupun intelektual,
proses pembelajaran disekolah menggabungkan nilai-nilai yang didapatnya.
Interaksi kooperatif dan komunikasi diantara teman-teman kelas dapat dicapai
paling efektif dalam kelompok kecil, dimana pergaulan antara teman-teman sebaya
dapat dipertahankan.
Keberhasilan
pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan
berkomunikasi dan berbagai keterampilan social lain yang dilakukan sebelumnya.
Tahap ini merupakan peletakan dasar (laying the groundwork) bagi pembentukan
kelompok (team building). Guru dan siswa melakukan berbagai macam
kegiatan yang bersifat akademik dan non akademik yang menunjang terbentuknya
norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai dan dapat dibawa ke dalam kelas.
Investigasi
kelompok ini sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang
berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk
menyelesaikan masalah-masalah multidimensi. Sebagai bagian dari investigasi,
para siswa mencari dan menemukan informasi dari berbagai macam sumber di dalam
maupun di luar kelas. Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua
informasi yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya
dapat menghasilkan produk berupa laporan kelompok.
Siswa perlu
membuat perencanaan kooparatif terhadap bahasan yang akan mereka lakukan. Para
anggota kelompok berpartisipasi dalam merencanakan berbagai macam dimensi dan
persyaratan yang menjadi bahasan mereka. Biasanya ada pembagian kerja dalam
kelompok yang dapat meningkatkan saling ketergantungan positif di antara para
anggota. Dalam melaksanakan model Investigasi Kelompok, guru berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator. Guru berkeliling diantara kelompok-kelompok, untuk
melihat apakah kelompok-kelompok itu sedang melakukan pekerjaan mereka, dan
membantu mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
interaksi kelompok dan pelaksanaan tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran. Yang terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan model
Investigasi Kelompok ini, guru harus memberikan contoh (memodelkan) berbagai
keterampilan social dan komunikasi yang diharapkan dari siswa.
G.
METODE PENELITIAN
1.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas (PTK)
yaitu “Penelitian Tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran di kelas” (Suhardjono dalam Arikunto, 2007:58). PTK
memiliki cirri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Berkaitan
dengan cirri khusus tersebut, Suharsimi Arikunto, dkk. (2007:62) menjelaskan
ada beberapa karakteristik PTK tersebut, antara lain:
a.
Adanya
tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk
menyelesaikan masalah.
b.
Menambah
wawasan keilmiahan dan keilmuan
c.
Sumber
permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran.
d.
Permasalahan
yang di angkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting.
e.
Adanya
kolaborasi antara praktikan dan peneliti.
f.
Ada
tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru,
ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan.
Prinsip utama dalam PTK adalah adnya
pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan.
Siklus yang berkelanjutan tersebutdigambarkan sebagai suatu proses yang
dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan
tindakan (Planing) tahap berikutnnya adalah pelaksanaan tindakan (Acting),
pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting) (Suharsimi, Arikunto dkk 2007:104).
2.
Data
Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah
a.
Dokumen
Dokumen meliputi catatan lapangan selama proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa berupa tulisan.
b.
Informan
Informan yaitu seseorang yang dipandang mengetahui
permasalahan yang ingin dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi
kepada peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah guru kelas
IV dan siswa-siswa kelas IV SD negeri Merdeka Kecamatan Suka Asih Kabupaten Jayakerta.
c.
Tempat
dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yang menjadi data dalam penelitia ini
adalah objek atau tempat yang akan digunakan guru dan siswa untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang akan berlangsung dilingkungan yang
telah ditentukan.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a.
Observasi
Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan proses
pembelajaran IPS untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas serta merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang
berlangsuang. Sementara itu, observasi terhadap siswa difokuskan pada keatifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran cooperative
lerning tipe group investigation.
b.
Tes
Tes yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa sebelum di
akhir pelajaran pada setiap siklus.
4.
Teknik
Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis
deskripsi kualitatif, yaitu suatu mode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoeh dengan tujuan untuk
mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Untuk analisis tingkat keberhasilan atau presentase ketuntasan
belajar siswa setelah proses belajar mengajar pada setiap siklusnya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
siklus. Hasil analisis digunakan untuk menyusun rncana tindakan kelas
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis dilakukan oleh guru dan
peneliti secara bersama-sama.
5.
Lokasi
dan Subjek Penelitian
Lokasi yang dipakai 8untuk melakukan penelitian tindakan
kelas sdalah siswa kelas IV SD Negeri Merdeka Kecamatan Suka Asih Kabupaten Jayakerta
Tahun Ajaran 2012/2013.
H.
AGENDA KEGIATAN
No
|
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pengajuan
Proposal
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
2
|
Bimbingan
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
3
|
Penulisan
Naskah Bb I
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
4
|
Penulisan
Naskah Bab II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Kegiatan
|
Maret
|
April
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Penulisan
Naskah Bab II
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengumpulan
Data
|
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
|
3
|
Pengolahan
Data
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
No
|
Kegiatan
|
Mei
|
Juni
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Penulisan
Nakah Bab III
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
2
|
Penulisan
Naskah Bab IV
|
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
|
3
|
Penulisan
Naskah Bab V
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
4
|
Penyempurnaan
Naskah
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
DAFRAT PUSTAKA
Djahiri Kosasih
A.(1974 : 4)
Arikunto, suharsini dkk. 2007 Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta
: Bumi Aksara
Bloom. (1982 : 11: www.google.com
Nasution. (1987).Berbagi
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta:
PT. Bina Aksara
Nurhadi. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Sapriya. (2007). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS.
Bandung:
UPI
Sharan (1991). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar