Daftar Blog Saya

Senin, 04 Februari 2013

PROPOSAL PTK


PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNIANG TIPE GROUP INVESTIGASTION DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Merdeka Suka Asih Kab. Jayakerta )


PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGASTION DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Merdeka Suka Asih Kab. Jayakerta )

A.    LATAR  BELAKANG

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan dapat  menciptakan manusia yang berpotensi kreatif dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memproleh masa depan yang lebih baik.
Sebagai mana pendidikan diatur dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) Nomor 20 tahun 2003 yang menetapkan bahwa pendidikan Nasional berpungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta pradaban bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada tuhan yang maha ESA, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
            Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah sosial.
Melalui pelajaran IPS,siswa diarahkan untuk menjadi warga Negara yang demokratis, bertanggungjawab, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.
            Untuk member motivasi-motivasi tentang pentingnya sosial kepada siswa, untuk mengembangkan pengetahuan, pehamanan, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat yang dinamis, dan diharapkan bisa melahirkan regenerasi yang memiliki potensi handal yang mampu member warna dan prubahan demi cita – cita bangsa. Dan jika kita menelaah keberhasilan dalam proses belajar mengajar maka tidak akan terlepas dari dua unsur pokok yaitu unsur guru dan unsur siswa guru dituntut mampu membingbing anak kearah kedewasaan sesuai dengan tujuan pendidikan.
            Dalam kehidupan sehari – hari anak – anak ( Siswa ) seringkali menjumpai fenomena – fenomena yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial. Mereka bersosialisasi dengan lingkungan terdekatnya dan tau bahwa orang tua berkomunikasi dengan orang lain. Hal inilah yang meletat di ingatan mereka bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Mereka kemudian menyadari bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dapat dipelajari melalui ilmu pengetahuan sosial di sekolah.
Namun, pada kenyataannya yang ada disekolah jauh dengan apa yang anak – anak harapkan. saat belajar disekolah, siswa jarang sekali dberi gambaran bahwa ilmu sosial adalah keilmuan yang sangat dekat dengan kehidupan mereka materi yang diberikan selalu menitik beratkan kepada hafalan tanpa bekal keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi masalah di kehidupan sehari-hari.
            Dalam proses pembelajaran juga banyak kita temui permasyalahan – permasyalhan yang bisa mengancam turunnya kualitas pendidikan dimegara kita. Sering kita dengar para siswa khususnya siswa SD mengeluh jika dihadapkan pada mata pelajaran ips keluhan ini berakar pada proses pembelajaran yang tidak menanamkan wawasan, keterampilan, dan konsep yang nyata pada siswa yang menyebabkan ketuntasan belajar siswa belum tercapai dengan baik.
Pembelajaran secara klasikal proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila siswa dikelas memproleh nilai 6,5 atau 6,5 keatas sebanyak 85% ( Depdiknas, 2009 ) rendahnya hasil belajar IPS ini disebabkan oleh pembelajaran yang masih bersifat monoton yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher center ) sehingga situasi pembelajarnya berpusat pada pengajar, selain itu metode yang di pakai tidak bervariasi bentuknya sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat.
            Dengan demikian proses belajar mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan sikap, moral, dan keterampilan siswa, hal ini menyababkan siswa kurang dilibatkan  secara aktif dalam belajar atau tergolong siswa yang pasif dan hanya sebagai pendengar. Dalam propses belajar mengajar dikelas juga siswa tidak bersemangat dan siswa merasa bosan karena tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga menyebabkan siswa malu mengungkapkan pendapatnya.
            Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai factor dari dalam (Internal) maupun factor dari luar (Eksternal). Menurut Suryabrata (1982 : 27) yang termasuk faktor internal adalah factor fisiologis dan psikologis ( misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dalam kemampuan kognitif ) sedang yang termasuk faktor eksternal adalah factor lingkungan dan instrumental ( misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran ).
Bloom ( 1982 : 11 ) mengemukakan tiga factor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembalajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
            Pembelajaran yang masih bersifat konvensional yang menjadi kendala dalam pembelajaran IPS di SD. Hal ini juga disebabkan karena siswa bersifat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat, kemampuan, kecerdasan, kreatif, motivasi, kecepatan belajar dan dalam hal lainnya. dengan keadaan tersebut mengakibkatkan kemampuan siswa yang berbeda – beda pula, mereka terdiri dari siswa yang pandai, sedang, dan kurang yang akhirnya menjadi  pemicu timbulnya kesenjangan diantara mereka karena siswa – siswa yang pandai semakin meningkat kemampuan sedangkan siswa yang sedang dan kurang tidak mengalami perubahan dalam peningkatan belajar.
            Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, jelaslah terlihat bahwa pembelajaran dikelas tidak sesuai dengan tahapan perkembangan siswa sekolah Sekolah Dasar. Oleh karena itu, agar siswa dapat memahami materi – meteri dan tercapainya pembelajaran IPS di SD. Maka tidak cukup dengan metode ceramah, tetapi harus juga dikembangkan model pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih mudah menemukan dan memenuhi konsep – konsep yang sulit.
Untuk itu perlu diupayakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar menjadi lebih aktif dalam belajar salah satunya metode pembelajaran Cooperative Learniang tipe Group Investigastion.
            Oleh karena permasalahan diatas, maka untuk kebiasaan tersebut peneliti mengadakan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ). PTK  adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan ntujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa miningkat. Dalam PTK ini ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dua pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah menajar dan perilaku siswa adalah  belajar. Perilaku belajar dan mengajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.
            Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan, hubungan antara guru, siswa dan bahan kagar dapat dilaksanakan secara dinamis dan kompleks. Kegiatan antara guru, siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran dapat diubah dan dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan bahannya.
            Untuk menyajikan pembelajaran IPS yang dapat menarik minat dan meningkatkan pemahaman siswa, diperlukan pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Prosedur metode ini dapat diterapkan dalam beberapa mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS.


            Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation.
Sharan tahun 1991 mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau yang lebih popular dengan istilah group investigation yang semula dirancang oleh horbert thelan. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk membina sikap tanggung jawab adan bekerja sama dalam kelompok, dan membina sikap saling menghargai pendapat anggota kelompok serta membiasakan untuk berani mengungkapkan pendapat.
            Basically, group investigation involves the integration of four essential features : investigation interaction interpretation and intrinsic motivation ( sharan & sharan, 1992).
            Cirri – cirri dari pembelajaran group investigation adalah adanya kegiatan penyelidikan, interaksi hubungan timbal-balik), interpretasi, dan motivasi diri. Pembelajaran dengan menggunakan model group investigation sangat sesuai dengan filosofi dari jon dewey yang menyebutkan bahwa “ the students would have experienced meaningful learning if they have been exposed to the stages of scientific inquiry”. Dengan demikian melalui pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk “ learn how to learn”.( Sharan & Sharn, 1992).
            Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dan merasa sangat perlu membahas mengenai penerapan metode pembelajaran Cooperative Learniang tipe Group Investigastion dalam pembelajaran ips untuk meningkatkan hasil belajar siswa ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Merdeka Suka Asih Kab. Jayakerta ), yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas yang dianggap dirasakan kurang berhasil untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.     RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah masih rendahnya prestasi belajar siswa serta siswa masih memiliki kesulitan dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya pada IPS di kelas IV, Khususnya pada materi “ Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”.
      Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang terdapat dalam PTK ini, maka penulis merasa perlu untuk membatasi ruang lingkup permasalahannya. Hal ini dimaksudkan agar masalah yang akan di bahas atau diteliti menjadi lebih terarah dan dapat terjangkau sesuai dengan kemampuan tertulis.
Adapun rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut :
1)      Bagaimankah aktivitas dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation ?
2)      Bagaimakah hasil belajar IPS siswa setelah melalui pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation ?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan umum dari penulisan PTK ini adalah untuk melatih dan mengembangkan keterampilan bagi para pendidik dalam menyajikan model mode pembelajaran yang lebih efektif, relevan serta menyenangkan bagi siswa. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa SDN Merdeka mengenai pentingnya Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan menggunakan metode pembelajaran  Cooperative Learning tipe Group Investigation.
b.      Untuk meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
c.       Untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode pembelajaran  Cooperative Learning tipe Group Investigation khususnya materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
D.    MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berarti bagi guru atau institusi yang berkat dalam dunia pendidikan, selain itu juga dapat dijadikan sarana untuk lebih mengembangkan dan mengefektifkan pembelajaran model inkuiri dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dimasa yang akan datang. Adapun secara khusus penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.      Sekolah
§  Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada sekolah tempat penelitian ini dilakukan,
§  Dapat menjadikan masukan positif bagi sekolah dalam peningkatan kualitas perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar.
2.      Guru
§  Dapat menjadi salah satu alternative pemilihan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar selanjutnya agar siswa tidak menjadi bosan dalam pembelajaran.
3.      Siswa
§  Dapat membiasakan diri belajar aktif dan bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam IPS selain itu seorang siswa akan memperoleh figure guru yang mereka inginkan karena dalam pelaksanaan PTK telah mampu menciptakan pembelajaran yang enjoyable dan penuh perhatian serta kasih saying.
4.      Peneliti
§  Dapat menambah wawasan tentang pembelajaran IPS terutama tentang penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.

E.     DEFINISI OPRASIONAL
Untuk memproleh kesamaan pandangan dan untuk menghindari perbedaan dalam penelitian ini, penulis kemukakan beberapa istilah sebagai berikut :
1.                   Penerapan
Penerapan sebagai segala tindakan yang dilakukan baik oleh individu, kerabat atau kelompok, pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang digariskan dalam keputusan kebijakan.
2.                   IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial )
Mata pelajaran yang memilih bahan pendidikan dari disiplin-disiplin ilmu dan humaniora yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
3.                   Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation.
Pembelajaran ini dimagsudkan untuk membina sikap tanggung jawab dan bekerjasama dalam kelompok, dan membina sikap saling menghargai pendapat angota kelompok serta membiasakan untuk berani mengungkapkan pendapat.
F.     KAJIAN PUSTAKA
A.    Hakikat, Tujuan, dan Karakteristik IPS
1.      Hakikat pendidikan IPS
Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada semua jenjang pendidikan. Pengetahuan sosial ( PS ) merupakan salah satu dari 10 mata pelajarn yang diberikan di SD. Pendidikan IPS adalah menyederhanakan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/pisikologis untuk tujuan pendidikan. ( soemantri, 2001:92 ). PIPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya disiplin dengan ilmu-ilmu sosial dan terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan yang dikemas secara ilmiah dan pedagosis untuk kepentingan pembelajaran disekolah. Untuk IPS disekolah pada dasarnya untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan kemampuan untuk memecahkan masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik. ( sapriya, 2008:10 ) selain itu ilmu pengetahuan sosial ( IPS ) pada jenjang pendidikan dasar mempokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu dalam pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini untuk mencapai keserasian dan keserarasan dalam kehidupan masyarakat.
2.      Tujuan Pendidikan IPS  
Menurut noman sumatri bahwa tujuan pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah:
1.      Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, biologi, Negara, agama.
2.      Menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuan
3.      Menekankan reflective inquiri PIPS menurut NCCS mempenyai tujuan impormasi dan pengetahuan ( knowledge and imformation ), nilai tingkah laku ( attitude and values ), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampian intelektual ( Jarolimelc, 1986:5-8 ). Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS tersebut, maka kurikulum pendidikan IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Di dalam hendaknya berisikan bahan yangmemungkinkan siswa untuk berfikir kritis. Dengan demikian, bahwa kurikulum pendidikan IPS harus memperhatikan pengembangan akal siswa. Pendidikan IPS harus membuat setruktur keilmuan yang kuat, menyesuaikan tingkat keberadaan siswa .
       3.Karakteristik pendidikan IPS
Salah satu karakteristik dari pendidikan IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah-ubah sesuai tingkat perkembangan masyarakat. Adapun menurut A. Kosasih Djahiri ( 1979:4 ) karaktristrik dari PIPS sebagai berikut :
a.       IPS berusaha mempertautkan teori dengan fakta atau sebaliknya.
b.      Penelaahan dan pembahasaan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komperhensif ( meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu ).
c.       Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analisis.
d.      Program pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan – bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata dimasyarakat, pengalaman, permasyalahan kebutuhan dan memproyekkannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
e.       IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisi secara mantap dan pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
f.       IPS mengutamakan Hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yangb bersifat manusiawi.
g.      Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.
h.      Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah – masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
B.     Metode pembelajarn cooperative learning tipe group investigation
      Cohen mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
      Cooperative learning will be defined as student working together in a group small enough that everyone participate on a collective task that has been clearly assingn. Moreover, students are expected to carry out their task without direct and immediate supervision of the teacher
      Definisi tersebut memiliki pengertian luas, yang meliputi belajar kooperatif (cooperative learning), dan kerja kelompok (group work), juga menunjukkan ciri sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yag harus  dikerjakan berdama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi atau tugas
      Menurut Slavin (1995:5) “dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama,  saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok
      Sementara itu menurut Artz dan Newman (1990:448), belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama
      Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompok-kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
      Model pembelajaran Group Investigation (Penyelidikan Kelompok) ini berasal dari tulisan-tulisan filsafat, etika, dan psikologi sejak tahun-tahun pertama abad ini. Orang pertama yang merintis menggunakan metode ini adalah John Dewey. Dewey memandang bahwa kerjasama dalam kelas sebagai prasyarat untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan yang kompleks dalam demokrasi. Kelas merupakan bentuk kerjasama dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran dengan perencanaan yang baik. Pembelajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, dengan membuat keputusan-keputusan yang menentukan tujuan kemana mereka belajar. Perencanaan kelompok merupakan salah satu modal untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal.
      Model investigasi kelompok berasal dari premis bahwa dalam bidang social maupun intelektual, proses pembelajaran disekolah menggabungkan nilai-nilai yang didapatnya. Interaksi kooperatif dan komunikasi diantara teman-teman kelas dapat dicapai paling efektif dalam kelompok kecil, dimana pergaulan antara teman-teman sebaya dapat dipertahankan.
      Keberhasilan pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan social lain yang dilakukan sebelumnya. Tahap ini merupakan peletakan dasar (laying the groundwork) bagi pembentukan kelompok (team building). Guru dan siswa melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat akademik dan non akademik yang menunjang terbentuknya norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai dan dapat dibawa ke dalam kelas.
      Investigasi kelompok ini sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah multidimensi. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari dan menemukan informasi dari berbagai macam sumber di dalam maupun di luar kelas. Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat menghasilkan produk berupa laporan kelompok.
      Siswa perlu membuat perencanaan kooparatif terhadap bahasan yang akan mereka lakukan. Para anggota kelompok berpartisipasi dalam merencanakan berbagai macam dimensi dan persyaratan yang menjadi bahasan mereka. Biasanya ada pembagian kerja dalam kelompok yang dapat meningkatkan saling ketergantungan positif di antara para anggota. Dalam melaksanakan model Investigasi Kelompok, guru berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator. Guru berkeliling diantara kelompok-kelompok, untuk melihat apakah kelompok-kelompok itu sedang melakukan pekerjaan mereka, dan membantu mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok dan pelaksanaan tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Yang terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan model Investigasi Kelompok ini, guru harus memberikan contoh (memodelkan) berbagai keterampilan social dan komunikasi yang diharapkan dari siswa.

G.    METODE PENELITIAN
1.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas (PTK) yaitu “Penelitian Tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas” (Suhardjono dalam Arikunto, 2007:58). PTK memiliki cirri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Berkaitan dengan cirri khusus tersebut, Suharsimi Arikunto, dkk. (2007:62) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK tersebut, antara lain:
a.       Adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah.
b.      Menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan
c.       Sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran.
d.      Permasalahan yang di angkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting.
e.       Adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti.
f.       Ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan.
Prinsip utama dalam PTK adalah adnya pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebutdigambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (Planing) tahap berikutnnya adalah pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting) (Suharsimi, Arikunto dkk 2007:104).
2.      Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah
a.       Dokumen
Dokumen meliputi catatan lapangan selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa tulisan.
b.      Informan
Informan yaitu seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang ingin dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah guru kelas IV dan siswa-siswa kelas IV SD negeri Merdeka Kecamatan Suka Asih Kabupaten Jayakerta.

c.       Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yang menjadi data dalam penelitia ini adalah objek atau tempat yang akan digunakan guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang akan berlangsung dilingkungan yang telah ditentukan.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Observasi
Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran IPS untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas serta merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsuang. Sementara itu, observasi terhadap siswa difokuskan pada keatifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran cooperative lerning tipe group investigation.
b.      Tes
Tes yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa sebelum di akhir pelajaran pada setiap siklus.
4.      Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu mode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoeh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk analisis tingkat keberhasilan atau presentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar pada setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Hasil analisis digunakan untuk menyusun rncana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis dilakukan oleh guru dan peneliti secara bersama-sama.
5.      Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang dipakai 8untuk melakukan penelitian tindakan kelas sdalah siswa kelas IV SD Negeri Merdeka Kecamatan Suka Asih Kabupaten Jayakerta Tahun Ajaran 2012/2013.

H.    AGENDA KEGIATAN
No
Kegiatan
Januari
Februari
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Pengajuan Proposal



x
x



2
Bimbingan




x
x
x
x
3
Penulisan Naskah Bb I






x
x
4
Penulisan Naskah Bab II









No
Kegiatan
Maret
April
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penulisan Naskah Bab II
x
x
x





2
Pengumpulan Data


x
x
x
x


3
Pengolahan Data




x
x
x
x

No
Kegiatan
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penulisan Nakah Bab III
x
x
x





2
Penulisan Naskah Bab IV


x
x
x
x


3
Penulisan Naskah Bab V





x
x

4
Penyempurnaan Naskah





x
x
x

  



DAFRAT PUSTAKA

Djahiri Kosasih A.(1974 : 4)
Arikunto, suharsini dkk. 2007 Penelitian Tindakan Kelas.  
      Jakarta : Bumi Aksara
Bloom. (1982 : 11: www.google.com
Nasution. (1987).Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
      Jakarta: PT. Bina Aksara
Nurhadi. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Sapriya. (2007).  Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS.
      Bandung: UPI
Sharan (1991). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar